MENAPAKI SEBAB
“kalian akan menaklukan romawi” seru rosulullah sebagai
bisyarah kepada para sahabatnya, kalimat ini sangat aneh dan seperti hayalan
pasalnya keadaan pada saat itu sangatlah memilukan para sahabat dan seluruh
pemduduk madinah sedang dirundung ketakutan yang sangat di tengah penggalian
parit rasa lelah takut akan serangan pasukan ahzab menjadi sat, diperpuruk lagi
kondisi mereka yang sedang terbakar sengatan matahari dimusim kemarau dan
paceklik sehingga tak tersisa sedikitpun jatah makanan walau hanya untuk
sekedar menyenangkan perut dari rasa lapar yang amat sangat. Rosul
shalallahu’alaihi wasalm berkata seperti ini bukan tanpa alasan bahkan ini
sangat beralasan, dan beginilah cara rosul memimpin sekaligus member semangat
disaat saat kenting, ya mengalahkan salah satu dari 2 emperium terbesar dimuka
bumi pada saat itu, lantas saja orang orang yang lemah imannya dan orang orang
munafik menertawai perkataan rosul shalallahu’alaihiwasalam karna untuk selamat
dari tekanan pasukan ahzab yang bersekutu dari seluruh kabilah di jazirah arab
saja tidak ada yang menjamin, lalu berhayal akan mengalahkan sebuah imperium
yang besar bagi mereka yang sedikit imannya ini adalah sebuah lelucon yang
cukup mencuci perut.
Seluruh kabilah arab memang sudah bersepakat yang dimotori
olehkaum quraisy, mereka sudah geram dengan aktifitas dakwah yang bias
berakibat hilangnya eksistensi mereka sebagai penyembah berhala, ketakutan
mereka yang berlebihan menghantarkan mereka pada tindakan yang sangat keji dan
tidak manusiawi yaitu membumi hanguskan madinah beserta penduduknya dan
mencabut mereka dari akar akarnya, wlaupun semua rencana sudah disiapkan matang
matang, , tapi Allah punya scenario lain
dibaliknya, berita inipun sampai ketelinga rosul shalallahu’alaihiwasalam maka
segeralah ia kumpulkan seluruh sahabat nya, dan bermusyawarah dengan mereka
tentang siasat apa yang akan digunakan untuk menghalau 10.000 pasukan musrikin ini, maka ditampunglah satu
setrategi yang sama sekali belum dikenal oleh bangsa arab saat itu, yaitu
dengan pembuatan parit berkat usulan dari salman yang sering mendapati taktik
perang ini didaerah asalnya yaitu Persia. Penggalian parit yang membatasi
antara dua pegunungan yang membatasi madinahpun dimulai, dalam jangka waktu
yang sangat singkat meskipun resiko dalam penggalian ini relative besar karna
kondisi yang sangat tidak mendukung, tapi rosul shalallahu’alaihiwasalam telah
membulatkan tekad walaupun kemenangan beliau sudahlah Allah takdirkan tapi
beliau masih terus menapaki sebab keberhasilan itu dengan penuh jerih payah dilaluinya.
Lihatlah perkataan rosul diatas dijadikan bahan olok olok
oleh para munafiq dan sebaliknya para sahabat menanggapinya dengan penuh
keyakinan sehingga menjadi roket pelejit semangat mereka walau dara lapar semakin
melilit sehingga 2, 3 batu yang mengganjal perut mereka sudah tidak berarti
lagi, tapi cukup dengan satu perkataan itu seakan akan semangat para sahabat
kembali seperti sediakala bahkan bertambah karna dalam benak mereka keimanan
dan keyakinan bahwa jika kita akan mengalahkan kekaisaran terbesar berarti
urusan pasukan ahzab tentu akan kita lewati dengan mudah.
Penggalan kisah diatas pantaslah menjadi motivasi bagi kita
bahwa suatu keberhasilan tidak akan didapat tanpa kita menapaki sebab, hokum
sebab akibat sangat berlaku disini, tapi bukan yang sering dipahami oleh
kebanyakan orang bahwa usaha atau sebab tidak akan melenceng dari hasil atau
akibat. Tidak, dalam islam tak ada hubungan antara keduanya kewajiban kita
hanya menapaki sebab yang paling pantas dan urusan akibat atau hasil itu mutlak
hak dari Allah, dan akhirnya para sahabatpun menuai kemenangan atas perkataan
rosul yang mustahil itu. Begitu pula dengan apa yang terjadi sekarang, memang
seakan akan umat ini jatuh dilubang keterpurukan yang paling dalam dan ini
adalah seburuk buruknya kondisi yang pernah dialami oleh umat muslim semenjak
terbitnya fajar keislaman dibalik padang pasir sana. Ya, mungkin sekarang kita
terpuruk tak memiliki izzah, diserang dari seluruh penjuru tapi ingat bahwa rosul
shalallahu’alaihiwasalam pernah berjanji bahwa Allah akan menghantarkan islam
pada kejayaan diakhir zaman nanti, maka apa bedanya kita dengan para sahabat,
kondisi yang kita hadapi sama persis dengan kondisi para sahabat waktu
itu,kewajiban kita hanya mengimaninya dan menapaki sebab semaksimal mungkin,
bukan asal berusaha tapi harus sperti usaha para sahbat.
Yakinlah bahwa kita akan menang, dan sesungguhnya Allah
memenangkan kita bukan karna kita kuat, atau karna panglima kita hebat ataupun
kita memiliki strategi perang yang lihai, tapi karna satu yaitu karna
pertolongan Allah, dan bagaimana kita akan mendapat pertolongan dari Allah
sedang kita bermaksiat kepadanya, kita merusak bumi, berpecah belah, tidak
melaksanakan syari’atnya, tak ada bedanya kita dengan musuh kita, mereka
bermaksiat sebagaimana kita bermaksiat oleh karna itu pertolongan Allah sampai
saat ini belumlah turun.
baru ini akan goyang
atau bahkan menjadi puing puing ditengah lautan, maka janagan beranggapan bahwa
hidup nantinya hanya berisi gelak tawa layak kehidupan indah ala ftv, tapi
disela sela itu Allah sudah sediakan cobaan demi cobaan agar keduanya sama sama
belajar, belajar menjadi pelayar ulung ditengah ombak yang ganas atau hanya
menjadi menunggang sampan ditepian. Allah telah member isyarat bahwa kunci
untuk menggapai itu semua telah tertuang dalam ayatnya ((hafidzu ‘ala sholati
washolatil wustho…)) lalu apa hubungannya? Coba kita lihat beberapa ayat
sebelum dan setelahnya, yakni ayat tentang thalak dan masalah rumah tangga,
lalu apa maksud Allah dengan perintah menjaga sholat ditengah pembahasan thalak
itu? Ini menunjukan bahwa talak bukanlah opsi pilihan atau bahkan jalan keluar
tapi itu adalah hal yang harus dihindari kecuali jika tidak tegaknya pilar
pilar syar’I, yang menjadi solusi adalah dengan mendirikan sholat ((wasta’inu
bisshobri was sholat)) bangun kembali relasi dengan Robbinnasi, karna masalah
sholat adalah masalah yang besar maka orang yang dapat memegangnya pastilah
telah tuntas melakukan perkara perkara yang kecil lainnya, salah satunya pernikahan. Jadi pasangan yang menjaga sholatnya bukan
hanya menjaga rukun islam tapi juaga menjaga tali binaan rumah tangga.
Sang Rahman tidak pernah salah
dalam menentukan manakah wanita yang
pantas untuk dipersambahkan bacaan ar rahman ini, pastilah dia yang terbaik untukmu walau bukan wanita
terbaik, siapkan dirimu sedini mungkin agar keluarga yang terbentuk bukan karna
kecelakaan atau jalinan abal abal.
Komentar
Posting Komentar