NASEHAT SEORANG MEMIMPI
“bercita cita
tinggi, muai dari yang kecil, dan begin now
Oke sedikit
cerita tentang salah seorang yang cukup dikeneal dikalangan aktivis
dakwahdinegeri kita ini, da’i yang cukup populer dimedia media elektronik, tv
dakwah atau youtube... tapi saya disini tak akan bahas soalpopularitas beliau
hafidhahullah tapi bagaimana bisa beliau memutar haluan sejarah hidupnya180
derajat dari bidang science kepada bidang yang biasanya dipenuhi para jebolan
pesantren
Beliauadalah
contoh nyata dari sekian banyak orang ambisius dalam merealisasikan apa yang
disita citskan, mungkin sebagai pembuktian apa yang pepatah arab bilang (idza
shodaqol 'azmu wadhhokhas sabil) dan tentu saja ada yang lebih besar dari itu
yaitu kalam ilahi yang semestinya menjadi motivasi atau kata kata mutiara kita
sebelum kata yang disusun oleh siapapun. Yaitu kalam robbuna azza wa jalla
((faquli’maluu fasayarallahu a;maalakum)) dan ayat ayat semisaalnya
Well, suatu hari
ketika saya ada kesempatan untuk pulang dari sini (universitas maghfiroh)
beberapa bulan yang lalu, saya teringat salah satu nama dalam daftar pertemanan
di pesbuk yang mana beliau adalah salah seorang aktivis da’wah disalah satu
kota di Jatim. Ketika saya melihat profilnya ternyata beliau berasal dari
indonesia timur, tepatnya dari sorong, kota asal ust. Dr. Firanda andirja, MA
yang saya maksud diawal tulisan ini.
Ketika sya
telusuri lebih jauh lagi ternyata beliau juga satu almamater dengan ust firanda
yaitu sama sama alumni SMA 1 Sorong-papua. Maka bersegeralah saya ambil
kesempatanbuat cari tahu sisi lain atau sepak terjang sang doktor jebolan
fakultas dakwah dan ushuluddin bidang akiqah Universitas Islam Madinah, KSA
itu.
Mulailah saya
bertanya kepada beliau soal perihal kehidupan beliau, kkira kira yang saya
tanya itu begini “assalamu’alaikum pak, saya... bapak dari sorong, Dan alumni
SMA 1 Sorong berarti kenal sama ustadz firanda, MA (saat itu belum bergelar
doktor)? Oh beliau teman sekalas saya jawab bapak itu.saya bergumam dalam hati
TEPAT sekali, ok to the point dah, mulai saya susun pertanyaan dan sayasodorkan
kepada beliau, saya tanyasoal latar belakang pendidikan khususnya bagaimana
bisa tembus UIM setelah diketahui ternyata Dr. Firanda banting setir dari UGM,
kata salah satu sahabat ssaya bilang ketika G-nya UGM dirubah jadi I-UIM itu
lebih oke.
Kembali ke
pertanyaan, apakah dulu beliau pernah nyantri ketika di SMA atau sebelum itu? Jawaban
pak suandi basri (teman SMAnya) melalui inbox: “(kami) sama sama hanya lulusan
pesantren kilat, yang kebetulan diasalah satu sesi ada seorang narasumber yang
menarik perhatian beliau dan sepertinya itu berlanjut diluar sekolah, sementara
kami masih ikut kemana mana dimanapun ada kajian. Mayoritas di JT, ustadz
firanda juga ikut beberapa kali.
Beliau adalah
lulusan terbaik sekolah, pintar, jenius, bersahaja dan (dulu) suka main musik,
kalau kami nyanyi beliau yang main gitar. Lulus dari SMA beliau diterima di
(kalau tidak salah) di teknik nuklir UGM (seingat saya) tanpa test. Kimia,
fisika, matematika keahliannya. Lama tak mendengar kabar, tahu tahu beliau
sudah sehebat itu” kemudian beliau lanjutkan,
“pelajaran dari ustadz firanda : kalau beliau meyakini sesuatu beliau
berazam dengan kuat untuk mengejarnya, mengejar ilmu mengejar guru”
Ya, semoga saja
ada penerus beliau yang menempati kursi majelis ilmu di masjid nabawi.
Jadi tidak ada
alasan untuk tidak berpotensi, ya hanif hafidhahullah munkin anda mesti lebih
berazam kuat, untuk sampai di kota nabi, anda tak mesti banting setir seperti
Dr. Firanda dari UGM (teknik kimia) ke UIM. Ya hanif antum tinggal lanjutkan
perjalanan, tak ada al;asan untuk mengalah.
Ini nih point
yang mesti dipahami betul, seorang muslim harus bercita cita besar, dan tinggi.
Cita cita bukan sesuatu yang hanya diangan angankan, boleh saja menyusun konsep
seindah mungkin, tapi dunia kita ada dihadapan mata. Mulailah dari sekarang,
karena sekaranglah kehidupan pasti kita didunia. Yester day is a history,
tomorrow is a mystery aand today is gift” begitulah kata pepatah.
So, hidup kita
sesungguhnya didunia adalah sekarang. Besok boleh kita bercita cita besar
menjadi ulama besar atau apa saja, tapi sekarang ini, kita sedang dalam perjalanan
memulai dari alif ba ta, awas sedikit lalai ‘meleng’ bisa ketabrak rusub dan
kegagalan. Tapi, sekali lagi tetaplah didaratan, jangan biarkan cita cita
tinggi kita itu ikut melambungkan alam pikiran kita ke atas langit, sehingga
kita tak sadar bahwa kaki kita masih berpijak dibumi. Jadi, berpijaklah dimuka
bumi berpikirlah sederhana, karena segala yang besar dimulai dari hal hal
sederhana. Bangunan yang hebat menjulang dimulai dari bongkahan batu demi batu,
butiran pasir demi pasir, dan satu hal yang perlu diingat BEGIN NOW! Ya,
bangunan yang menjulang itu adalah ulama pendahulu kita, mereka membangaun
kemuliaannya dari bongkahan batu demi batu serta pasir demi pasir yang halus
dan kecil, yaitu mulai dari Arba’in nawawiyah kemudian ‘umdatul ahkam dan
seterusnya sampai ke kutub sittah... ini dalam bidang hadist, dan saya tak
yakin kalau ulama selevel Al Bani hafidhahullah langsung memulai dari Shahih
Bukhori dan semisalnya, tapi mulai dari yang kecil sampai pada puncaknya yaitu
lahairnya karya fenomenal beliau ‘silsilatul ahadist as shohihah’ dan silsilatul ahadist adh dho’ifah’ yang
melengkapi khazanah ilmiah umat ini, khususnya dalam bidang hadits.
Dan satu hal lagi
yang perlu kita ketahui bahwa kebanyakan ulama ulama islam mereka adalah nukan
arab, a’jam khususnya pada bidang hadits Al Bukhori, Muslim, Tirmidzi, sampai
pada zaman sekarang Al Bani nisbah ke negara asalnya Albania dieropa timur
So, “if you want
something you’ve never had, you must be willing to do something, you’ve never
done”
dari seorang teman yang merangkap menjadi guru sekaligus murobbi.
dari seorang teman yang merangkap menjadi guru sekaligus murobbi.
Komentar
Posting Komentar