ZUBAIR PART 2 : BERISTRIKAN ASMA'

Dari begitu banyak sisi kehidupan sahabat mulia ini yang mngandung hikmah kehidupan, salah satu sudut yang mngilaukan pandangan adalah, dia adalah seorang yang dangat beruntung, dapat meminang seorang wanita didikan org terbaik setelah rosulullah -sholallahu'alaihiwasalam- sosok sholehah sebagaimana adiknya aisyah wanita yang harum seharum nama suaminya, usia mereka berdua hanya terpaut sepuluh thun. Dia tetap feminim dan anggun walau hidup dipadang pasir yang ganas, ia tetap lemah lembut dan penyabar walau bantingan demi bantingan dari lingkungannya sering ia temui, dan ia tetap wanita yang lemah tetapi kuat dalam memegang tali kekang keimanannya.
Saat itu musim hijrah, sehingga kaum muslimin yang meresa ketidak nyamanan dlm menjalankan dan menyebarkan syari'at islampun berbondong bondong merantau ke madinah, datang giliran rosulullah -sholallahu'alaihiwasalam- untuk hijrah dan tak ketinggalan ia mengajak orang terdekatnya yaitu abu bakar ayahanda asma yang saat itu ia gadis yang baru saja menggenapkan agamanya, menikah dengan zubair bin awwam,
Saat rosul -sholallahu'alaihiwasalam- dan ayahnya sedang bersiap siap untuk berangkat asma'pun membantu mengemasi barang barang mereka hingga sampailah pada unta yang akan rosul -sholallahu'alaihiwasalam- kenakan, ia pun kebingunggan karna tak menemukan tali kekang untanya itu, tanpa pikir panjang ia ambil ikat pinggangnya yang terbuat dari kain itu, lalu ia belah secara horizontal sehingga menjadi dua kain yang sama panjang, ia kenakan sebagai tali pengendali unta beliau -sholallahu'alaihiwasalam- dan sisanya ia kenakan kembali, rosul -sholallahu'alaihiwasalam- yang sedari tadi melihat pemandangan itu berkata "wahai asma' sesungguhnya kamu dengan kedua ikat pinggangmu berada disyurga" mulai detik itu ia dijuluki dengan 'dzu nitoqotain' yang mempunyai dua ikat pinggang disurga. Kegigihannya dalam melayani rosul
-sholallahu'alaihiwasalam- tak cukup hanya disini, bahkan ia sering bolak balik ditemani teriknya matahari dan gersangnya tanah pijakannya pergi ke gua tsur tempat rosul -sholallahu'alaihiwasalam- dan abu bakar bersmbunyi, menghantarkan makanan dan menyampaikan berita tentang kafir quraisy, jarak yang cukup jauh dan tanah yang berbukit bukit serta keadaanya yang sedang hamilpun tak membatasi langkah kakinya demi keridhoan idolanya Rosul -sholallahu'alaihiwasalam-. "Tok tok tok" ketukan pintu yang keras menandakan ada sesuatu yg penting dibaliknya, ketika dibukannya pintu wajah masam dan marah menyambutnya "dimana ayahmu!" Dengan nada tinggi seorang laki laki bernana abu jahal mengintrogasinya "aku tidak tahu" jawabnya polos, dia terus mengulang pertanyaan yg sma brusaha menemukan informasi tntang rosul -sholallahu'alaihiwasalam- tapi hasilnya nihil, asma' tetap kukuh tak memberitahunya, karna putus asa tangannya yg sudah sedari tadi gerampun dilayangkannya ke pipi asma' hingga ia jatuh tersungkur, lalu ditinggalkannya begitu saja, keras perlakuan lingkungannya malah membuat hatinya semakin lembut dan kesabaran semakin meliputi hatinya. Lalu tamu kedua setelah kepergian ayahnya adalah kakeknya yang sudah kehilangan penglihatannya, ia bertanya khawatir akan keadaan asma' , aisyah dan saudara saudaranya "wahai cucu cucuku, bapak kalian pergi kemadinah, apakah ia meninggalkan sesuatu sebagai bekal kalian?" Asma' dengan cekatan agar menenangkan kekhawatiran kakeknya ia mengammbil kantung dirham yang kosong lalu mengisinya dengan kerikil seakan akan penuh dengan harta lalu ia tunjukan kpd kakeknya yg buta itu "inih kek ayah tak meninggalkan apa apa kecuali ini" dirabalah kantung itu dengan tangannya yg mengira bahwa itu adalah sekantung penuh dirham "syukurlah kalau ayah kalian meninggalkan ini untuk kalian" padahal tak seperakpun harta yang ditinggalkan untuk anak anaknya semuanya telah abu bakar infakan dijalan Allah, kepekaannya dan pemahamannya yang dalam atas kewajiban perjuangan dijalanNyay menghantarkannya pada semua pengorbanan ini
Lalu asma'pun hijrah bersama orng org yng hijrah dan perutnyapun semakin membesar tanda bayi yang tak sabar untuk melihat alam barunya, maka iapun melahirkan anak yang dinamai 'abdullah oleh rosul -sholallahu'alaihiwasalam-, anak pertama yang lahir dari kalangan muhajirin setelah hijrah.
Kehidupan rumah tangga zubair-asma' pun seperti kehidupan rumah tangga pada sahabat sahabt yang lain, zubair yg seringkali pergi untuk memperjuangkan kalimatNya mendapat dukungan penuh dari istrinya, ia taat kpd suaminya dan menjaga kehormatannya dikala ia tiada, bahkan karna kesibukan suaminy ia sering membantu pekerjaan suaminya sperti berkebun panen mengurusi kudanya, tak sedikitpun keluhan keluar dari bibirnya dan masalah dalam keseharian itu adalah hal lazim dlm pelayaran bahtera cinta ini, dan zubair ini terkenal org yg kasar, mungkin karna efek peperangan yang slalu ia ikuti, sehingga suatu ketika terjadi masalah antara keduanya dan ditamparnya asma' ketika masalah mencapai klimaksnya, para sahabat memang bukan makhluk yg tak luput dari dosa, mereka layaknya kita yang pernah khilaf akan tetapi kebaikan mereka yang sanget bantak menghapuskan itu smua, apa yg diterima asma' tak lantas membuat gelap pandangannya dan memilih untuk mengungsi kerumah ayahnya, dia masih bersabar dan akan terus bersabar dan wasiat ayahnya kpdnya semakin menguatkan akar akar kesabaran asma' "wahai putriku, bersabarlah karna sesungguhnya seorang perempuan yang memiliki suami yang sholeh, lalu ia meninggal dan sang perempuan tidak menikah setelah kepergiannya maka Allah akan kumpulkan keduanya bersama disurga kelak" maka benar setelah wafatnya zubair asma' seakan akan memegang pesan ini erat erat, kecintaannya kpd zubair yang tak akan tergantikan membuatnya bertahan dalam kesendirian sehingga ia berharapkan kan diteruskan kisah kasihnya sampai kesurga bersamanya, kini menafkahi delapan anak anaknya dan mendidik mereka adalah tugas asma' seorang diri, dan satu yang paling menonjol dari akhlak mulianya yang lain yaitu kedermawanannya, dia seperti adiknya aisyah dlam sifat ini yang membedakan keduanya hanya cara membagikan hartanya, jikalau 'aisyah ia mengumpulkan hartanya hingga berjumlah banyak baru ia infakkan semuanya kpd orang yang membutuhkan sedangkan asma' tak memberi apa yang ia miliki waktu lama berada dikantongnya, ia langsung berikan kepada fakir dan miskin tanpa mengumpulkannya, dan kelak sifat ini akan diwariskan kpd anak anaknya kelak.
Allah sangat mengasihinya hingga dipanjangkan umurnya mencapai satu abad, shohabiyah yang paling terakhir Allah panggil kehadapannya setelah melihat anak pertamanya syahid meneruskan perjuangan ayahnya.
Bertolak dari sinilah zubair yang sekarang  berpijak dengan harapan akan dipertemukan dengan asma' zaman now, yang merengkarnasikan sifat sifat binti abu bakar itu, seorang wanita sholehah yang anggun diterpa badai mengubah panas sinar mentari menjadi kilaun pada diri serta tangguh dengan duri duri yang menghiasi dalam melindungi kehormatan diri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HIJAB STORY

SESUATU YANG REMEH