ZUBAIR PART 3 : ANAK ANAK PENERUS PERJUANGAN
Bagian ketiga dari trilogi kehidupan zubair bin awwam adalah warisan yang sangat berharga kepada anak anaknya, bukan dirham maupun swbidang tanah atau apapun itu, hanya satu yang ia tinggalkan kpd anak anaknya yaitu himmah (sesuatu yang membuatnya khawatir sehingga menjadikan pemiliknya termotivasi untuk melakukan segala hal deminy) seperti yang telah saya sebutkan dalam bagian pertama bahwa azam hidupnya adalah sebagai hawary rosulullah -sholallahu'alaihiwasalam- penolong agama ini, maka taklantas himmahnya ini redup bersamaan dengan berpisahnya ruh dari jasadnya, ia tularkan kekhawatirannya kpd anak anaknya, tentunya dengan bantuan seorang murobiyah sholihah yaitu asma' istrinya. Lahirlah benih benih unggulan perpaduan antara hawariyur rosul dan dzatu nitoqotain yang telah disegerakan tiket untuk memasuki surga, 8 anak terlahir dari rahim asma' abdullah, urwah, mus'ab.... dan yang paling menonjol diantara mereka adalah anak pertama dan kedua.
Abdullah bin zubair anaknya yang paling mirip dengan ayahnya, ibunya telah mengajarinya arti perjuangan semenjak dalam kandungan saat ia dibawa dibawah terik, terjalnya toriq, dan kerasnya perlakuan yg diterima sang ibu demi perjuangan menyukseskan hijrah rosul -shalallahu'alaihiwasalam- lahirlah ia bersamaan denngan lahirnya kekuatan baru umat islam, dan bertambah keberkahan dari anak ini ketika nama yang dsematkan langsung oleh rosul -shalallahu'alaihiwasalam- dan air liur rosul -shalallahu'alaihiwasalam- yang menyatu dengan air liurnya dalam kurma yang ditahnikan kemulut kecilnya, tumbuh dalam lingkungan terbaik sepanjang masa dan mendapat wejangan serta didikan langsung dari rosul -shalallahu'alaihiwasalam-dan sejak kecil ayahnya telah mengajarkan ilmu ilmu perang, dengan diajaknya kemedan tempur memanah, berkuda dan strategi perang hal yng biasa baginya dalam sisi lain ia juga seorang 'abid dimalam hari, jika ia berdiri untuk sholat seakan akan sepasak tiang yang ditanamkan dibumi, tak bergerak sedikitpun, ia membagi solatnya menjadi tiga kadang ia memanjangkan qiyam, kadang memanjangkan ruku, dan kadang memanjangkan sujudnya selalu bergantian seperti itu, dia juga mewarisi kebaik hatian ibunya dan sangat kuat dalam memegang kebenaran, pemandangan itu terlihat ketika bani umayah mengambil tampuk kekuasaan dan mengubah laju jalur khilafah islamiyah, menjadi monarki, diawal pemerintahan umayah memang bagus dan berlandaskan syari'at islam, akan tetapi ketika berpindah ke anak anaknya, sedikit demi sdikit arah pemerinthannya bergeser, maka kaum muslimin bangun dengan pembaiatan abdullah bin zubair setelah ditumpasnya pemberontakan husain bin ali di iraq dengan mudah, akan tetapi ibn zubair bkanlah lawan yang bisa diremehkan oleh para panglima bani umayah, mereka perlu membayar keras untuk menyingkirkannya, maka dikirimlah seorang panglima yang kejam dan terknal telah mengeksekusi banyak ulama ditangannya, maka dikepunglah hijaz oleh tentara bani umayah terutama makkah markaz pemerintahan, pengepunganpun terus berlangsung berbulan bulan, hingga manjanikpun digunakan untuk penyerangan yang hasilnya beberapa bangunan madjidilharam hancurkarenanya, walaupun dalam keadaan yang mencekam seperti ini, ia masih tetap khusyu' beribadah kpd Allah, suatu ketika ia sedang sholat berdiri bagai pohon yang kokoh hingga sebuah batu melayang tepat diatas kepelanya dan menghancurkan bangunan yang ada didepannya sebenarnya kekuatan ibnu zubair tak berkurang sedikitpun hanya saja siasat musuh dengan menawarkan kebebasan dan harta bagi para pengikut abdullah maka perlahan lahan pertahanan dari front abdullah melemah, maka ia meminta izin kpd ibunya yg sudah mulia tua akan tetapi keimanannya masih tetap segar seperti hari hari rosul -shalallahu'alaihiwasalam- "wahai ibunda, orang orangku telah pergi menghianatiku dan musuh mengiming imingiku harta kekayaan dunia agar aku menyerah, maka apa pendalatmu?" Tanyanya padahal ia tau apa jawaban ibunya, sebagai penguat niat saja "wahai anaku tak ada lilihan bagimu kecuali keluar dengan kemenang dan hidup mulia atau mati syahid jangan biarkan kau mereka menjaikanmu tawanan" jawab ibunya dengan tatapan yakin tak menghinggapi keraguan sedikitpun, padahal ia tau bahwa anaknya pasti akan terbunuh.
Dialah anak penerus cita cita ayahnya, menghabiskan hidupnya bersimbah debu demi keadilam dan meninggikan kalimatnya.
Putra keduanya juga tak kalah dalam perjuangannya untuk agama ini, mereka berdua membawa himmah ayahnya, hanya saja adiknya ini berbeda dalam menapaki langkahnya, ia memberikan hidupnya untuk menolong hadist hadist nabi -shalallahu'alaihiwasalam- dan ilmu ilmu syar'i, namanya urwah ibnu zubair, hal yang sangat ia irikan kepada kakaknya adalah pertemuannya dengan baginda -shalallahu'alaihiwasalam- sedangkan ia hanya mengambil misykat misykat nubuwah pada para sahabat, tapi hal itu tak menyurutkan azzamnya untuk menjadi ulama pewaris para nabi, masa kecilnya dipenuhi dengan keilmuan tentu saja ini berkat madrasah pertama bagi setiap anak yaitu seorang ibu yang sholehah, mengajarkan anak agar mencintai ilmu dan para ulama. Suatu ketika abdullah, urwah, mus'ab dan abdul malik ibn marwan sedang duduk duduk dipelataran masjidil haram dan masing masing dari mereka menyatakan keinginan dan harapannya, maka mereka semua berharap untuk menguasai berbagai negri dijazirah arab kecuali urwah, ia berkata "semoga Allah memberkahi keinginan kalian tentang perkara perkara dunia, kalau aku hanya ingin menjadi seorang ulama amilin (yg mengamalkan ilmunya) manusia datang kpdaku untuk mengambil kitab azzawajalla dan sunnah sunnah nabinya dan hukum hukum agama mereka" mimpi inilah yang ia bawa dan rawat baik baik, maka tak satupun sahabat yang masih hidup kecuali urwah saudah mendatangi majelis majelisnya, ditambah lagi dia adalah keponakan dari orang yang paling dekat dengan nabi yaitu aisyah yang menjadikannya mendapatkan porsi lebih banyak dalam mendengar hadist hadist dari beliau kapan saja ia mau, ia juga mewarisi kedermawanan ibunya, dimadinah dia punya sebidang tanah yg ditumbuhi kurma terbaik negrinya, ia selalu menacapkan pagar pada sisi sisi kebunnya itu sehingga hewan hewan tak dapat merusaknya, dan ketika musim lanen tiba, ia robohkan pagar pafar itu dan menyeru "wahai penduduk madinah kemarilah, siapa yang mau kurma ambilah sesuka hati" maka manusia berbondong bondong memanen kurma urwah untuk diri mereka sendiri, begitulah sifat baik akan terwariskan kepada keturunannya. Satu kejadian yang menunjukan betapa dalam akar akar keimanan merasuk kedalam tubuhnya, dia pernah melakukan perjalanan ke damaskus bersama anaknya untuk menemui sang khalifah, ditengah perjalanan ia terkena penyakit pada kakinya, setelah sampai dan bertemu dengan raja, ia melihat keadaan kaki urwah yang sanfat parah maka ia panggilkan tobib tobib kerajaannya untuk menyembuhkan lukanya itu, ternyata mereka semua menyerah dan tak ada jalan kecuali amputasi sebelum penyakitnya menjalar keseluruh tubuhnya, maka datanglah seorang dokter dengan membawa gergaji dan alay pemotong tulang, ia suguhakan kpd urwah khamer agar ia tidak merasakan rasa sakit yang amat sangat tapi ia menolaknya seraya berkata "bagaimana aku berharap kesembuhan dari Allah sedangkan aku memasukan sesuatu yang diharamkannya?" Maka ia berpesan agar melakukan operasi itu sedangkan ia sibuk berdzikir kpda Allah karna dzikirnya itu akan menyibukkannya dari rasa sakit, maka benar ketika dimulai pemotongan kakinya terterucap dari lisannya kecuali dizkrullah, dan puncaknya ketika darahnya mengalir deras lalu dimasukan kakinya kedalam minyak yang mendidih untuk menghentikan pendarahan ia pun tak kuasa menahan itu dan urwahpun tak sadarkan diri, dan ini adalah kali pertama ia meninggalkan qiyamul lail semenjak baligh, tak cukup sampai disitu cobaannya malah semakin bertambah, tanpa sepengetahuannya anaknya yang bersamanya ternyata sedang main main dikandang kuda khalifah dan ketika masuk sang kudapun langsung menyepaknya dengan sepakan telak hingga ia rerpelanting jauh dan mati seketika, ketika urwah mengetahui hal itu ia hanya menghela nafas dalam dalam dan bersabar dengan sobrun jamil, kesabaran tanpa keluh kesah, lalu ketika pulang dari damaskus ke
Madinah, keluarganya telah mengetahui apa yang menimpa urwah dan salah satu dari mereka bertanya "wahai urwah, bertubi tubi musibsh menimpamu tapi masih saja kau bersabar?" Jawabnya dengan tenang seakan tak ada beban yang memberatkannya "bahkan aku bersyukur, Allah telah memberiku 4 anggota badan (2 tangan dan 2 kaki) lalu Ia mengambil 1 dan menyisakan 3 dan ia mengaruniaiku 5 anak dan ia mengambilnya 1 dan masih menyisakan 4, dan apa yang disisakan lebih banyak dari apa yang diambil, sudah sepantasnya aku masih bersabar dan bersyukur kpdNya" begitu kuatnya keyakinan dan tawakalnya sehingga walaupun apa yang ia miliki dan seisi dunia ini musnah tak sedikitpun hal itu mengkhawatirkannya, lalu tak satupun pada hari hari yang ia lewati melainkan ia menebar manfaat kepada umat dengan ilmunya, dengan uswatun hasanahnya dan amar ma'ruf nahi mungkar, mungkin pedang tidak menjadi sohib setainya dalam perjuanngan ini tapi buku dan penalah yang selalu menemaninya dalam merawat cita cita nya sebagai penolong agama ini.
Abdullah bin zubair anaknya yang paling mirip dengan ayahnya, ibunya telah mengajarinya arti perjuangan semenjak dalam kandungan saat ia dibawa dibawah terik, terjalnya toriq, dan kerasnya perlakuan yg diterima sang ibu demi perjuangan menyukseskan hijrah rosul -shalallahu'alaihiwasalam- lahirlah ia bersamaan denngan lahirnya kekuatan baru umat islam, dan bertambah keberkahan dari anak ini ketika nama yang dsematkan langsung oleh rosul -shalallahu'alaihiwasalam- dan air liur rosul -shalallahu'alaihiwasalam- yang menyatu dengan air liurnya dalam kurma yang ditahnikan kemulut kecilnya, tumbuh dalam lingkungan terbaik sepanjang masa dan mendapat wejangan serta didikan langsung dari rosul -shalallahu'alaihiwasalam-dan sejak kecil ayahnya telah mengajarkan ilmu ilmu perang, dengan diajaknya kemedan tempur memanah, berkuda dan strategi perang hal yng biasa baginya dalam sisi lain ia juga seorang 'abid dimalam hari, jika ia berdiri untuk sholat seakan akan sepasak tiang yang ditanamkan dibumi, tak bergerak sedikitpun, ia membagi solatnya menjadi tiga kadang ia memanjangkan qiyam, kadang memanjangkan ruku, dan kadang memanjangkan sujudnya selalu bergantian seperti itu, dia juga mewarisi kebaik hatian ibunya dan sangat kuat dalam memegang kebenaran, pemandangan itu terlihat ketika bani umayah mengambil tampuk kekuasaan dan mengubah laju jalur khilafah islamiyah, menjadi monarki, diawal pemerintahan umayah memang bagus dan berlandaskan syari'at islam, akan tetapi ketika berpindah ke anak anaknya, sedikit demi sdikit arah pemerinthannya bergeser, maka kaum muslimin bangun dengan pembaiatan abdullah bin zubair setelah ditumpasnya pemberontakan husain bin ali di iraq dengan mudah, akan tetapi ibn zubair bkanlah lawan yang bisa diremehkan oleh para panglima bani umayah, mereka perlu membayar keras untuk menyingkirkannya, maka dikirimlah seorang panglima yang kejam dan terknal telah mengeksekusi banyak ulama ditangannya, maka dikepunglah hijaz oleh tentara bani umayah terutama makkah markaz pemerintahan, pengepunganpun terus berlangsung berbulan bulan, hingga manjanikpun digunakan untuk penyerangan yang hasilnya beberapa bangunan madjidilharam hancurkarenanya, walaupun dalam keadaan yang mencekam seperti ini, ia masih tetap khusyu' beribadah kpd Allah, suatu ketika ia sedang sholat berdiri bagai pohon yang kokoh hingga sebuah batu melayang tepat diatas kepelanya dan menghancurkan bangunan yang ada didepannya sebenarnya kekuatan ibnu zubair tak berkurang sedikitpun hanya saja siasat musuh dengan menawarkan kebebasan dan harta bagi para pengikut abdullah maka perlahan lahan pertahanan dari front abdullah melemah, maka ia meminta izin kpd ibunya yg sudah mulia tua akan tetapi keimanannya masih tetap segar seperti hari hari rosul -shalallahu'alaihiwasalam- "wahai ibunda, orang orangku telah pergi menghianatiku dan musuh mengiming imingiku harta kekayaan dunia agar aku menyerah, maka apa pendalatmu?" Tanyanya padahal ia tau apa jawaban ibunya, sebagai penguat niat saja "wahai anaku tak ada lilihan bagimu kecuali keluar dengan kemenang dan hidup mulia atau mati syahid jangan biarkan kau mereka menjaikanmu tawanan" jawab ibunya dengan tatapan yakin tak menghinggapi keraguan sedikitpun, padahal ia tau bahwa anaknya pasti akan terbunuh.
Dialah anak penerus cita cita ayahnya, menghabiskan hidupnya bersimbah debu demi keadilam dan meninggikan kalimatnya.
Putra keduanya juga tak kalah dalam perjuangannya untuk agama ini, mereka berdua membawa himmah ayahnya, hanya saja adiknya ini berbeda dalam menapaki langkahnya, ia memberikan hidupnya untuk menolong hadist hadist nabi -shalallahu'alaihiwasalam- dan ilmu ilmu syar'i, namanya urwah ibnu zubair, hal yang sangat ia irikan kepada kakaknya adalah pertemuannya dengan baginda -shalallahu'alaihiwasalam- sedangkan ia hanya mengambil misykat misykat nubuwah pada para sahabat, tapi hal itu tak menyurutkan azzamnya untuk menjadi ulama pewaris para nabi, masa kecilnya dipenuhi dengan keilmuan tentu saja ini berkat madrasah pertama bagi setiap anak yaitu seorang ibu yang sholehah, mengajarkan anak agar mencintai ilmu dan para ulama. Suatu ketika abdullah, urwah, mus'ab dan abdul malik ibn marwan sedang duduk duduk dipelataran masjidil haram dan masing masing dari mereka menyatakan keinginan dan harapannya, maka mereka semua berharap untuk menguasai berbagai negri dijazirah arab kecuali urwah, ia berkata "semoga Allah memberkahi keinginan kalian tentang perkara perkara dunia, kalau aku hanya ingin menjadi seorang ulama amilin (yg mengamalkan ilmunya) manusia datang kpdaku untuk mengambil kitab azzawajalla dan sunnah sunnah nabinya dan hukum hukum agama mereka" mimpi inilah yang ia bawa dan rawat baik baik, maka tak satupun sahabat yang masih hidup kecuali urwah saudah mendatangi majelis majelisnya, ditambah lagi dia adalah keponakan dari orang yang paling dekat dengan nabi yaitu aisyah yang menjadikannya mendapatkan porsi lebih banyak dalam mendengar hadist hadist dari beliau kapan saja ia mau, ia juga mewarisi kedermawanan ibunya, dimadinah dia punya sebidang tanah yg ditumbuhi kurma terbaik negrinya, ia selalu menacapkan pagar pada sisi sisi kebunnya itu sehingga hewan hewan tak dapat merusaknya, dan ketika musim lanen tiba, ia robohkan pagar pafar itu dan menyeru "wahai penduduk madinah kemarilah, siapa yang mau kurma ambilah sesuka hati" maka manusia berbondong bondong memanen kurma urwah untuk diri mereka sendiri, begitulah sifat baik akan terwariskan kepada keturunannya. Satu kejadian yang menunjukan betapa dalam akar akar keimanan merasuk kedalam tubuhnya, dia pernah melakukan perjalanan ke damaskus bersama anaknya untuk menemui sang khalifah, ditengah perjalanan ia terkena penyakit pada kakinya, setelah sampai dan bertemu dengan raja, ia melihat keadaan kaki urwah yang sanfat parah maka ia panggilkan tobib tobib kerajaannya untuk menyembuhkan lukanya itu, ternyata mereka semua menyerah dan tak ada jalan kecuali amputasi sebelum penyakitnya menjalar keseluruh tubuhnya, maka datanglah seorang dokter dengan membawa gergaji dan alay pemotong tulang, ia suguhakan kpd urwah khamer agar ia tidak merasakan rasa sakit yang amat sangat tapi ia menolaknya seraya berkata "bagaimana aku berharap kesembuhan dari Allah sedangkan aku memasukan sesuatu yang diharamkannya?" Maka ia berpesan agar melakukan operasi itu sedangkan ia sibuk berdzikir kpda Allah karna dzikirnya itu akan menyibukkannya dari rasa sakit, maka benar ketika dimulai pemotongan kakinya terterucap dari lisannya kecuali dizkrullah, dan puncaknya ketika darahnya mengalir deras lalu dimasukan kakinya kedalam minyak yang mendidih untuk menghentikan pendarahan ia pun tak kuasa menahan itu dan urwahpun tak sadarkan diri, dan ini adalah kali pertama ia meninggalkan qiyamul lail semenjak baligh, tak cukup sampai disitu cobaannya malah semakin bertambah, tanpa sepengetahuannya anaknya yang bersamanya ternyata sedang main main dikandang kuda khalifah dan ketika masuk sang kudapun langsung menyepaknya dengan sepakan telak hingga ia rerpelanting jauh dan mati seketika, ketika urwah mengetahui hal itu ia hanya menghela nafas dalam dalam dan bersabar dengan sobrun jamil, kesabaran tanpa keluh kesah, lalu ketika pulang dari damaskus ke
Madinah, keluarganya telah mengetahui apa yang menimpa urwah dan salah satu dari mereka bertanya "wahai urwah, bertubi tubi musibsh menimpamu tapi masih saja kau bersabar?" Jawabnya dengan tenang seakan tak ada beban yang memberatkannya "bahkan aku bersyukur, Allah telah memberiku 4 anggota badan (2 tangan dan 2 kaki) lalu Ia mengambil 1 dan menyisakan 3 dan ia mengaruniaiku 5 anak dan ia mengambilnya 1 dan masih menyisakan 4, dan apa yang disisakan lebih banyak dari apa yang diambil, sudah sepantasnya aku masih bersabar dan bersyukur kpdNya" begitu kuatnya keyakinan dan tawakalnya sehingga walaupun apa yang ia miliki dan seisi dunia ini musnah tak sedikitpun hal itu mengkhawatirkannya, lalu tak satupun pada hari hari yang ia lewati melainkan ia menebar manfaat kepada umat dengan ilmunya, dengan uswatun hasanahnya dan amar ma'ruf nahi mungkar, mungkin pedang tidak menjadi sohib setainya dalam perjuanngan ini tapi buku dan penalah yang selalu menemaninya dalam merawat cita cita nya sebagai penolong agama ini.
Komentar
Posting Komentar