ANAK RANTAUAN
Setiap yang merntau pasti akan kembali, entah itu kekampung halamannya atau kehadapanNya yg maha kuasa.
Kembali ketanah yang membesarkannya adalah suatu kepastian, bagi mereka yang jauh jauh keperantauan untuk menjemput rezeki maka setiap detik kehidupan mereka adalah uang yang harus ditunaikan dengan pekerjaan sebagai pesangon dimasa tua dikampung yang telah lama mereka rindukan.
Tentu berbeda bagi merka yang membeli ilmu dengan waktu mereka, agaknya tanggung jawab mereka lebih besar karna yang menanti kedatangannya bukan hanya sanak kerabat tetapi umat yang membutuhkan ilmu yng bermanfaat, maka setiap hela nafas yang dihembuskan akan menjadi pertanyaan dan penyulut api semangatnya 'kalau kau main main disini, kau telah mengecewakan umat' begitu bisik kata hatinya memasukan percikan energi yang merayap masuk kedalam sel sel hemoglobin dan menghantarkan kekuatan keseluruh anggota badan, dan merekalah sebaik baik perantau karna kepergian mereka keranah rantauan beniatkan manfaat dan khidmat mereka kpd umat kelak.
Dan disinilah seorang pemuda yang mulai beranjak dewasa meluaskan ranting ranting pikirannya, dia sudah lama hidup dalam perantauan, jauh dari dekapan orang tua yang hanya tersalurkan oleh do'a, dan pergi ke negri nan jauh, ya memang dia baru sadar bahwa kedatangnnya akan dibutuhkan manusia dan penyesalan telah lama menggoreskan tintanya, ia menyesal kenpa bukan dari dulu ia terbangun dari alam dolanannya, ia menyianyiakan bertahun tahun rantauannya tanpa memetik ilmu dan hikmah, leha leha, main dan sendagurau hingga ia tersadar, taufik dari perawat berjuta juta galaksi telang bertamu ke hatinya, dan kini, dihari ini, hari dimana jarak berpuluh puluh kilo meter akan memisahkan raganya dengan bumi yang telah menumbuhkannya, perpisahan ini masih sama dengan perpisahan perlisahan sebelumnya akan tetapi sesuatu yang berbeda kini telang merebut kapling kapling hatinya, tekadnya telah bulat bahwa ia tak akan menyianyiakan setiap detiknya dinegri sana, karna selain masyarakat ia bertanggung jawab akan kembalinya islam pada singgasana kejayaan, merebut tahta kemuliaan, dan merebut hati sang calon mertua (eh..)iya dia telah menyematkan azzam dalam jiwa bahwa dialah yang kelak akan mengambil tugas mulia sebagai penolong dari orang orang yang Allah tanggungkan izzah islam ini keatas pundak pundak mereka.
Kembali ketanah yang membesarkannya adalah suatu kepastian, bagi mereka yang jauh jauh keperantauan untuk menjemput rezeki maka setiap detik kehidupan mereka adalah uang yang harus ditunaikan dengan pekerjaan sebagai pesangon dimasa tua dikampung yang telah lama mereka rindukan.
Tentu berbeda bagi merka yang membeli ilmu dengan waktu mereka, agaknya tanggung jawab mereka lebih besar karna yang menanti kedatangannya bukan hanya sanak kerabat tetapi umat yang membutuhkan ilmu yng bermanfaat, maka setiap hela nafas yang dihembuskan akan menjadi pertanyaan dan penyulut api semangatnya 'kalau kau main main disini, kau telah mengecewakan umat' begitu bisik kata hatinya memasukan percikan energi yang merayap masuk kedalam sel sel hemoglobin dan menghantarkan kekuatan keseluruh anggota badan, dan merekalah sebaik baik perantau karna kepergian mereka keranah rantauan beniatkan manfaat dan khidmat mereka kpd umat kelak.
Dan disinilah seorang pemuda yang mulai beranjak dewasa meluaskan ranting ranting pikirannya, dia sudah lama hidup dalam perantauan, jauh dari dekapan orang tua yang hanya tersalurkan oleh do'a, dan pergi ke negri nan jauh, ya memang dia baru sadar bahwa kedatangnnya akan dibutuhkan manusia dan penyesalan telah lama menggoreskan tintanya, ia menyesal kenpa bukan dari dulu ia terbangun dari alam dolanannya, ia menyianyiakan bertahun tahun rantauannya tanpa memetik ilmu dan hikmah, leha leha, main dan sendagurau hingga ia tersadar, taufik dari perawat berjuta juta galaksi telang bertamu ke hatinya, dan kini, dihari ini, hari dimana jarak berpuluh puluh kilo meter akan memisahkan raganya dengan bumi yang telah menumbuhkannya, perpisahan ini masih sama dengan perpisahan perlisahan sebelumnya akan tetapi sesuatu yang berbeda kini telang merebut kapling kapling hatinya, tekadnya telah bulat bahwa ia tak akan menyianyiakan setiap detiknya dinegri sana, karna selain masyarakat ia bertanggung jawab akan kembalinya islam pada singgasana kejayaan, merebut tahta kemuliaan, dan merebut hati sang calon mertua (eh..)iya dia telah menyematkan azzam dalam jiwa bahwa dialah yang kelak akan mengambil tugas mulia sebagai penolong dari orang orang yang Allah tanggungkan izzah islam ini keatas pundak pundak mereka.
ما شاء الله.....
BalasHapus